MENJADI WARTAWAN PEMBERANI, DAN MENULIS TANPA TAKUT
Cacatan : DEKRI ADRIADI
Menjadi wartawan tentunya tak semudah membalikan telapak tangan, karena profesi seorang wartawan selalu di bayang-bayangin dengan rasa takut, mau atau tidak, senang ataupun hobby ketika menulis hal-hal yang berdanpak buruk untuk pribadi diri sendiri, tentunya hal yang biasa bagi seorang wartawan profesional.
Seorang wartawan tentunya harus dapat
memila-mila saat melakukan penulisan untuk pemberitaannya, apakah menulis
bersikaf obyektif ataupun menulis dengan bersikaf emosional, hal tersebut tidak
dapat terpisakan dalam pikiran seorang wartawan ataupun sang jurnalis,sejenak
dalam kutipan berita tak ada yang biasa
semua terasa luarbiasa, ketika didalam tubuh berita memberi motivasi sang
pembaca, entah itu berita menyanjung ataupun berita mengkritisi individu
seorang pemerintah, tak bisa dipungkiri namun selalu teranalisa dalam pikiran
seorang penulis ketika dilapangan menemukan informasi yang bersifat ganjil ataupun
miring, namun tak mampu terpikirkan ketika info yang ditemukan indera seorang
penulis itu ada hubunganya dengan dilematis yang kemudian harus memilih antara
idealis dan kekerabatan, sehingg menjadi
ukuran bagi sang pembaca, secara instan akan menjadi polemik di benak
sang penulis mau ataupun tidak hal tersebut akan berubah secara otomatis, namun
sikap tanggap yang harus dilakukan seorang penulis tentunya merubah secara
perlahan-lahan, banyak wartawan ketika menulis lebih mementingkan idealisnya
daripada emosionalnya dan hal tersebut tidak salah, melainkan ukuran seorang
wartawan yang memiliki pendirian yang bersikaf
professional,beberapa analisa dan kajian seseorang individu tentang
menjadi wartawan dan menulis tanpa rasa
takut, yaitu seorang wartawan jangan pernah memikirkan dampak berita ketika telah terekspost dan terpublikasi,
wartawan juga jangan pernah merasa ketika berita yang di tulisnya itu terbaca
di publik akan bermunculan preman nisme dan terror yang bertubi-tubi, pada diri
dan pribadinya karena hal tersebut
merupakan salah satu hal yang biasa dan
tak lumbra lagi, resiko tetap ada baik ancaman maupun benturan fisik tetapi
jangan menjadi beban dalam diri seorang penulis tetapi melainkan kebanggaan
dalam diri sendiri, bahwa hal yang dilakukan itu adalah jiwa seorang pemberani
dalam menantang kebijakan sang penguasa yang selalunya menindas dan
memperbodohi rakyat dan bawahanya, menjadi seorang wartawan pemberani dan
menulis tampa rasa takut tentunya hal yang luar biasa dan jarang terjadi dalam
diri sang penulis, sehingga banyak oknum-oknum yang dapat menganggap diri wartawan
sebenarnya dapat di ukur dengan nilai rupiah ataupun baarang yang dapat
menutupi kesalahan yang dilakukan sang pengambil kebijakan,jadilah wartawan
yang professional dan berani menulis tanpa rasaa takut dan yakinilah bahwa
tulisan anda lebih dominan di sanjung sang pembaca. (***)
Komentar
Posting Komentar